Spesies itu merupakan spesies kedua dari golongan kepiting yeti, yakni kepiting yang punya lengan-lengan panjang dan berambut. Sebelumnya, ditemukan spesies kepiting putih buta (Kiwa hirsuta) di kedalaman 2.300 meter laut dekat wilayah Easter Island.
Andrew Thurber, peneliti biologi kelautan dari Oregon State University, AS, mengungkapkan bahwa hal yang paling menarik dari Kiwa puravida ialah kemampuannya "bertani". Ini diketahui ilmuwan ketika melakukan pengamatan dengan kamera.
Lengan Kiwa puravida selalu bergerak. Gerakan ternyata bisa mengumpulkan nutrisi, oksigen dan belerang. Akibat gerakan, lengan kepiting pun menjadi wilayah kaya nutrisi, yang lalu menjadi lahan empuk bagi bakteri untuk tumbuh. Kepiting kemudian memanen bakteri yang tumbuh sebagai makanan.
Dengan kemampuan kepiting bertani, Thurber mengatakan, "Kami menunjukkan dengan jelas bahwa spesies ini tidak menggunakan energi dari Matahari sebagai sumber makanan utama. Dia menggunakan energi kimia yang berasal dari dasar lautan."
Salah satu sumber makanan di laut adalah fitoplankton, biota yang hidup dengan berfotosistesis layaknya tumbuhan di darat, membutuhkan sinar matahari. Karena tak memakannya, maka Kiwa puravida tidak membutuhkan energi dari Matahari.
"Penemuan ini menunjukkan betapa sedikitnya kita tahu tentang laut dalam, betapa banyak yang harus kita temukan dan lindungi ketika ekspansi eksploitasi sumber daya telah sampai ke area ini," ungkap Thurder.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar