YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menemukan 100 molekul baru kurkumin kunyit (Curcuma longa). Delapan di antaranya telah dipatenkan.
"Kurkumin telah dikembangkan menjadi molekul baru yang mempunyai efek analgetika-antiinflamasi dan bisa dimanfaatkan sebagai terapi kanker," kata peneliti kurkumin dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Supardjan di Yogyakarta, Selasa (17/1/2012).
Berdasarkan penelitiannya, kunyit terbukti mengandung senyawa kurkuminoid yang berwarna kuning, yang mengandung molekul kurkumin, demetoksin kurkumin, dan bisdemetoksin kurkumin.
"Untuk turunannya kurkumin ini bahkan sudah diteliti lebih lanjut. Turunan yang merah lebih ke antiinflamasi, sedangkan yang berwarna kuning lebih untuk melindungi hati (hepatotoksik)," katanya.
Secara umum, berdasarkan uji klinis, kurkumin telah terbukti memiliki khasiat antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antikanker, dan antitumor.
Peneliti farmakologi Fakultas Kedokteran UGM Nyoman Kertia mengatakan, ekstrak rimpang kunyit juga efektif sebagai antiradang pada penderita penyakit sendi (osteoartritis).
"Ekstrak rimpang kunyit memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar malondialdehida (MDA) cairan sinovia sendi lutut," kata Kertia.
Selain itu, kunit juga menyembuhkan diabetes. Kunyit sudah banyak digunakan sebagai obat herbal bagi masyarakat Indonesia. Sayang, uji klinis lebih lanjut masih terhambat dana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar