Dua bulan itu bersanding dengan Bumi hingga akhirnya bertabrakan yang disebut "Big Splat" dan terjadi pada 4,4 miliar tahun yang lalu. Dalam peristiwa itu, bulan yang lebih kecil menabrak bulan yang lebih besar. Saat itu, dua bulan yang konon terbentuk dari planet yang menghantam Bumi 100 juta tahun sebelumnya itu masih berusia muda.
Tabrakan berlangsung dengan kecepatan 8.000 km/jam, tergolong lambat secara astronomi. Saking lambatnya, Aspaugh mengumpamakan, "Orang akan bosan melihatnya sebab bahkan butuh waktu 10 menit bagi kancing untuk bisa terpendam di Bulan."
Akibat tabrakan lambat, batuan di dua bulan tidak meleleh. Bahkan, tak ada kawah yang tercipta karenanya. Material dari bulan yang lebih kecil hanya berhamburan di muka bulan yang lebih besar atau Bulan yang kita kenal sekarang.
Seperti diwartakan Foxnews, Rabu, Aspaugh mengungkapkan, tabrakan dua bulan itu menjelaskan mengapa permukaan Bulan yang jauh dari Bumi lebih berbukit-bukit. Menurut Aspaugh, bukit-bukit itu berasal dari hamburan material hasil tabrakan.
Jay Melosh dari Purdue University yang tak terlibat penelitian ini mengatakan, teori dua bulan ini ramai dibicarakan dalam konferensi NASA membahas proyek robotik ke Bulan di masa depan yang berlangsung minggu ini. "Tak ada yang salah dengan teori ini. Bisa saja benar, bisa saja salah," kata Melosh memberi tanggapan.
Benar atau salah, yang jelas Aspaugh beranggapan, "Dua bulan itu memang ditakdirkan bertabrakan. Tak ada jalan keluar dari itu." Bulan yang lebih besar memiliki gravitasi yang begitu kuat sehingga bulan yang lebih kecil tidak mampu melawan pengaruhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar